laporan pengenceran bertingkat dan penanaman mikroba
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Beratus-ratus spesies dapat menghuni
bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit
karena kita ketahui banyak terdapat mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur dan protozoa dilingkungan. Untuk melihat seberapa banyak jumlah
bakteri yang terdapat pada lingkungan
dapat kita ketahui melalui praktikum dengan judul “Pengenceran dan
Penanaman Mikroba”.
Banyak tersedia
metode untuk menganalisa jumlah mikroorganisme dalam suatu sampel, diantaranya adalah
plate count (spread plate, pour plate, spiral plate), membrane filtration,
MPN, menghitung langsung dengan Petroff Hausser ataupun cara lainnya (misalnya
aktivitas metabolik, turbidimetri, berat kering dll.). Namun dalam praktikum
kali ini ini lebih ditekankan pada metode
yang memerlukan penghitungan koloni pada cawan petri, seperti membrane
filtration, spread plate, pour plate, plate count agar dan lain-lain.
Pengenceran
suspensi bakteri dari sampel dari lingkungan dilakukan sebagai upaya untuk
mendapatkan kualitas bakteri dalam jumlah yang dapat dihitung. Pemahaman tentang satuan dalam menghitung sel mikroba khususnya bakteri
adalah sangat penting. Pada hasil akhir penghitungan bakteri pada cawan
digunakan satuan CFU’s/volume atau berat. CFU’s adalah singkatan dari Coloni
Forming Unit’s yang artinya unit-unit / satuan pembentuk koloni. Yang dimaksud
satuan pembentuk koloni adalah sel tunggal atau sekumpulan sel yang jika
ditumbuhkan dalam cawan akan membentuk satu koloni tunggal. Pada dasarnya sel
tersebar homogen pada sampel, tetapi ada jenis bakteri yang memang pembelahan
selnya dapat terpisah baik sehingga tersebar merata tiap sel dan ada pula
bakteri yang setelah membelah sel anakan masih menempel pada induknya, seperti
halnya yang terjadi pada streptococcus, diplococcus, sarcina dll. sehingga
penyebarannya berkelompok-kelompok. Pada jenis yang seperti ini jika tersebar
merata dalam kelompok-kelompok sel maka pertumbuhan menjadi koloni tunggal
bukan berasal dari satu sel saja melainkan dari beberapa sel.
1.2. Maksud dan Tujuan
1. Memahami
persiapan dan pelaksaaan pengenceran bertingkat suspensi bakteri.
2. Mengenal dan
memahami teknik-teknik isolasi bakteri.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
pengenceran adalah melarutkan atau melepaskan mikroba
dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Tingkat pengenceran
berpengaruh terhadap presentasi motilitas individu. Tingkat pengenceran mampu
menghasilkansegmen yang optimal pada suhu kamar (Winarto dan Isnanini, 2008).
Teknik penanaman
bakteri menurut cappucino, et.al. (1993) yaitu:
1. Teknik
cawan penyebaran.
·
Kelebihan : organisme dalam campuran
mikroba encer dapat dengan cepat dipisahkan menjadi koloni individu untuk
isolasi di kultur murni dengan teknik penyebaran benih.
·
Kekurangan: organisme yang tersebar
dipermukaan medium agar padat dalam bentuk cawan petri dengan bata steril
kurang berbentuk jelas, bengkok.
2. Teknik
Cawan Garis
·
Kelebihan : metode beruntun platie,
metode dengan isolasi cepat kualitatif.
·
Kekurangan : banyak jenis prosedur yang
harus dilakukan.
Metode cawan
tebar, pada metode ini 0,1 ml suspensi bakteri telah diencerkan dsn disebsr
psds media penyubur steril yang telah disiapkan, selanjutnya suspensi dalam
cawan diletakkan dengan batang dari galski agar koloni tumbuh pada cawan
tersebut kemudian diletakkan pada inkubator (37 derajat celcius) selama 1-2
hari (Feliatra, et.al,1999)
Bakteri
mudah ditemukan di air, udara dan tanah. Mereka hidup dalam suatu koloni, baik bersimbiose, bebas
ataupun parasit pada makhluk hidup. Jumlah bakteri di alam sangat melimpah
dengan keragaman yang sangat tinggi. Untuk mempelajari kehidupan dan keragaman
bakteri, diperlukan suatu usaha untuk mengembakbiakkan mereka dalam skala
laboratorium. Pengembangbiakan ini dilakukan dengan menumbuhkan bakteri dari
sumber isolat, seperti tanah, udara, sisa makanan, dan lain-lain, dalam media
yang mengandung nutrisi. Media pertumbuhan bakteri sangat beragam, mulai dari
media selektif, media penyubur, media diferensial, dll. Masing-masing media
memiliki fungsi berbeda dan digunakan tergantung tujuan dari praktikan. Dalam
mempelajari sifat pertumbuhan dari masing-masing jenis mikroorganisme, maka
mikroorganisme tersebut harus dipisahkan satu dengan yang lainnya, sehingga
didapatkan kultur murni yang disebut isolat. Kultur murni merupakan suatu
biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu species atau satu galur
mikroorganisme. Kultur murni diperoleh dengan cara isolasi menggunakan metode
tuang maupun gores (Elfita, 2010).
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan
satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran
bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam
media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya
(Asnani dkk, 2007).
Hal ini
dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat karena dalam padat
sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya
(Mulyani, 1991).
Biakan murni
diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam
mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi,
fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies
(Dwidjoseputro, 2005).
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena
semua pekerjaan mikrobiologi, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme,
memerlukan suatu populasi yang hanya terdii dari satu macam mikroorganisme
saja. Teknik tersebut dikenal dengan isolasi mikroba (Dwidjoseputro, 2005).
BAB III
METODOLOGI
3.1.
WAKTU DAN TEMPAT:
Waktu: Rabu, 12 April 2017 pukul 08:00 WIB
Tempat: Laboratorium
Biologi.
3.2. ALAT DAN BAHAN:
Adapun
alat dan bahan yang diperlukan selama proses praktikum ini, dengan peralatan
yang diperlukan antara lain:
1. Erlrnmeyer
250 ml.
2. Batang
pengaduk.
3. Tabung
reaksi.
4. Rak
tabung reaksi.
5. Cawan
petri.
6. Autoklaf.
7. Oven.
8. Pemanas
listrik/hot plate stirer.
9. Pipet
volumetric.
10. Bunsen
11. Botol
semprot alkohol.
12. Mortar.
13. Inkubator.
14. Vortex.
Sedangkan bahan yang
diperlukan antara lain: akuades, kapas, aluminium foil, plastik wrap, kertas
pembungkus, tissue, kertas label, alkohol 70 %, dan spiritus.
3.3. SKEMA KERJA
1. Siapkan
10 gram sampel, tumbuk menggunakan mortar sampai halus, masukkan ke dalam
larutan pengencer akuades 90 ml yang sebelumnya telah disiapkan, godok?kocok
sampai merata selanjutnya disebut sebagai pengenceran pertama 10^-1 ( 1/10).
2. Pipet
1 ml dari 10^-1 kemudian dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan
pengencer, selanjutnya disebut pengenceran kedua 10^-2 (1/100) lakukan sampai
pengenceran terakhir yaitu 10^-5 (1/100000).
3. Ambil
1 ml dari pengenceran 10^-5, 10^-4, dan 10^-3 tuang ke dalam cawan petri
kemudian ditambahkanmedia NA yang masih cair
( kurang lebih 45
derajat celcius) lakukan secara duplo, kocok homogen dan tunggu sampai memadat,
setelah memadat balikkan cawan petri, inkubasi selama 2 hari (metode tuang).
4. Ambil
0,1 ml pada pengenceran 10^-5, 10^-4, dan 10^-3 teteskan ke dalam cawan petri
yang telah berisi media padat, sebarkan dengan menggunakan batang L yang telah
disterilkan atau dengan cara menggoyangkan ke seluruh permukaan media, lakukan
secara duplo dan inkubasi selama 2 hari ( metode tabur ).
5. Lakukan
pengamatan dan perhitungan jumlah koloni.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. DATA PENGAMATAN
Berikut
adalah data pengamatan pengenceran bertingkat dengan teknik tuang dan dilakukan
secara duplo, berdasarkan sampel 10 gram gado-gado dalam 90 ml akuades. Dengan
waktu inkubasi selama 1 hari ( 1x24 jam).
4.1.1
Tabel pengamatan banyaknya koloni bakteri pengenceran pada cawan petri pertama.
No
|
Pengenceran ke
|
Gambar banyaknya koloni dalam cawan
petri pertama.
|
Jumlah koloni terhitung.
|
Keterangan.
|
1.
|
10^-5
|
7
|
Diambil 1 ml pada pengenceran 10^-5 ditumbuhkan dalam cawan petri terdapat 7
koloni bakteri yang tumbuh.
|
|
2.
|
10^-4
|
23
|
Diambil 1ml pada pengenceran 10^-4 ditumbuhkan dalam cawan petri terdapat 23
koloni bakteri yang tumbuh.
|
|
3.
|
10^-3
|
250
|
Diambil 1ml pada pengenceran 10^-3 ditumbuhkan dalam cawan petri terdapat 250
koloni bakteri yang tumbuh
|
4.1.2.
Tabel pengamatan banyaknya koloni bakteri pengenceran pada cawan petri kedua.
No
|
Pengenceran ke
|
Gambar banyaknya koloni dalam cawan
petri kedua.
|
Jumlah koloni terhitung.
|
Keterangan.
|
1.
|
10^-5
|
1
|
Diambil 1 ml pada pengenceran 10^-5 ditumbuhkan dalam cawan petri terdapat 1
koloni bakteri yang tumbuh.
|
|
2.
|
10^4
|
21
|
Diambil 1 ml pada pengenceran 10^-4 ditumbuhkan dalam cawan petri terdapat 21
koloni bakteri yang tumbuh.
|
|
3.
|
10^-3
|
100
|
Diambil 1 ml pada pengenceran 10^-3 ditumbuhkan dalam cawan petri terdapat 250
koloni bakteri yang tumbuh.
|
4.2. ANALISA HASIL
Berdasarkan
hasil pengamatan pada tabel 4.1.1 dan tabel 4.1.2 didapatkan anlisa hasilnya
sebagai berikut:
Dalam
sampel 10 gr gado-gado yang sudah dihaluskan dimasukkan dalam 90 ml akuades
dilakukan pengenceran dengan mengambil 1 ml dari pengenceran pertama ke tabung
reaksi berisi 9 ml akuades yang disebut pengenceran 10^-2 begitu seterusnya sampai pengenceran 10^-5. Pada
tabung reaksi berisi pengenceran 10^-3, 10^-4, dan 10^-5 diambil masing-masing
1 ml dijadikan sampel untuk ditumbuhkan pada media agar NA dilakukan
dengan teknik penanaman agar tuang yang
dilakukan secara duplo pada cawan petri.
1. pada
pengenceran 10^-3 dalam cawan petri pertama terdapat 250 koloni dan pada cawan
petri kedua terdapat 100 koloni. Terlihat jelas bahwa jumlah koloni yang tumbuh
semakin berkurang.
2. Pada
pengenceran 10^-4 dalam cawan petri pertama terdapat 23 koloni dan pada cawan
petri kedua terdapat 21 koloni. Terlihat jelas bahwa jumlah koloni yang tumbuh
semakin berkurang.
3. Pada
pengenceran 10^-5 dalam cawan petri pertama terdapat 7 koloni dan pada cawan
petri kedua terdapat 1 koloni Terlihat
jelas bahwa jumlah koloni yang tumbuh semakin berkurang.
Berdasarkan
tabel 4.1.1 dan tabel 4.1.2 bahwa
semakin tinggi tingkat pengenceran, maka jumlah mikroba bakteri yang tumbuh
semakin sedikit. Dan apabila semakin rendah tingkat pengenceran maka jumlah
mikroba bakteri yang tumbuh semakin banyak.
4.3. PEMBAHASAN
Dalam
praktikum kali ini dengan judul “ Pengenceran dan Penanaman Mikroba”. Akan
dibahas teknik pengenceran dan penanaman mikroba serta banyaknya jumlah mikroba
yang berhasil ditumbuhkan dalam media NA cair yang dibuat pada praktikum
sebelumnya. Pembahasan tersebut dapat diuraikan sebagai beikut.
Sebelum
melakukan praktikum area kerja dibersihkan menggunakan larutan alkohol 70 %
dengan cara menyemprotkannya di atas meja dan lap menggunakan tisssue secara
satu arah. Praktikan menggunakan masker dan sarung tangan serta tangan
praktikan disemprotkan dengan alkohol agar steril untuk menghindari
kontaminasi.
Dalam
teknik pengenceran bertingkat disediakan sampel
gado-gado yang ditumbuk halus, dan ditimbang 10 gr menggunakan timbangan
anitik untuk selanjutnya diencerkan dalam erlenmeyer yang sudah berisi 90 ml
akuades dikocok agar sampel gado-gado homogen. Yang selanjutnya disebut
pengenceran 10^-1. Tahap berikutnya sediakan 4 tabung reaksi masing-masing
berisi 9 ml akuades, letakkan dalam rak tabung reaksi. Tutup menggunakan kapas
dan aluminium foil untuk disterilkan menggunakan autoklaf dengan suhu 60-160
derajat celcius dan tekanan 2 atm dengan waktu 15 menit.
Ambil
1 ml menggunakan pipet tetes dari pengenceran 10^-1 yang dimasukkan dalam
tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades. Saat mengambil 1 ml larutan tersebut
menggunakan pipet tetes, pipet tetes dicuci dengan larutan alkohol dan akuades
yang dilakukan sebanyak dua kali. Pengenceran dalam tabung reaksi ini disebut
dengan pengenceran 10^-2. Tahap berikutnya lakukan hal yang sama sampai tabung
reaksi ke empat dan tahap pengencerannya disebut pengenceran 10^-5.
Masing-masing tabung reaksi dengan pengenceran 10^-2, 10^-3, 10^-4, dan 10^-5
ditutup menggunakan kapas dan aliminium foil untuk menghindari kontaminasi.
Selanjutnya
dilakukan tahap penanaman mikroba dalam cawan petri yang berisi media cair NA
dengan metode tuang yang dilakukan secara duplo pada pengenceran 10^-5, 10^-4,
10^-3. Ambil 6 buah cawan petri yang sudah disterilkan letakkan di atas meja
area kerja dan hidupkan bunsen. Ambil 1 ml dari pengenceran 10^-5 menggunakan
pipet tetes yang di cuci dengan alkohol dan akuades yang dilakukan sebanyak 2 kali dan masukkan
kedalam cawan petri. Lalu masukkan media cair NA sekitar 10-15 ml ratakan
dengan membentuk angka 8. Tutup rapat menggunakan kertas wrap dan beri label
cawan petri tersebut, dilakukan secara duplo. Lakukan hal yang sama pada pengenceran
10^-4 dan 10^-3. Tujuan cawan petri
ditutup rapat menggunakan kertas wrap agar, tidak ada udara yang masuk sehingga
memungkinkan mikroba yang tumbuh tidak terkontaminasi oleh udara yang masuk.
Masing-masing
cawan petri yang sudah di beri sampel dari pengenceran 10^-5, 10^-4, 10^-3 dan sudah berisi media cair Na
dibiarkan memadat. Jika sudah memadat, maka tahap selanjutnya diinkubasi di
dalam inkubator selama 1x24 jam ( 1 hari).
Setelah
1x24 jam ( 1 hari ) dilakukan pengamatan jumlah koloni pada pukul 15:00 wib. Didapatkan hasilnya
sbb:
·
Pada pengenceran 10^-3 jumlah koloni
pada cawan petri pertama sebanyak 250 koloni dan pada cawan petri kedua
terdapat 100 koloni.
·
Pada pengenceran 10^-4 jumlah koloni
pada cawan petri pertama sebanyak 23 koloni dan pada cawan petri kedua sebanyak
21 koloni.
·
Pada pengenceran 10^-5 jumlah koloni
pada cawan petri pertama sebanyak 7 koloni dan pada cawan petri kedu terdapat 1
koloni.
Berdasarkan
pengamatan yang sudah dilakukan diketahui bahwa sampel gado-gado pada pengenceran
10^-3 memiliki jumlah koloni terbanyak
yang tumbuh. Jumlah koloni yang tumbuh sebanyak ini dapat terkontaminasi dari beberapa faktor, misalnya
saat membeli sampel gado-gado dipinggir jalan yang sudah terkontaminasi oleh
udara disekitar lingkungan tersebut, dan kurang higienisnya tangan penjual
gado-gado. Serta saat melakukan praktikum kami kurang menutup rapat cawan petri
yang dibungkus dengan plastik wrap sehingga masih ada udara yang masuk yang
mengkontaminasi media biakan pertumbuhan bakteri pada cawan petri tersebut.
Setelah
dilakukan perhitungan jumlah koloni, didapatkan jumlah bakteri yang tumbuh per
gram sampel gado-gado adalah 18.000 mikroba bakteri. Jumlah ini didapat
berdasarkan perhitungan syarat SPC dan dengan peraturan- peraturannya. Hasil
perhitungan jumlah bakteri berdasarkan pengamatan terdapat di lampiran.
BAB
V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran maka
semakin sedikit mikroba yang tumbuh, dan semakin rendah tingkat pengencerannya
maka semakin banyak mikroba yang tumbuh. Serta dari praktikum ini didapatkan
jumlah bakteri per gram sampel gado-gado adalah 18.000 cfu.
5.2.Saran
Dalam melakukan
praktikum sebaiknya dilakukan dengan serius dan diupayakan agar steril untuk
menghindari kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Cappucino,
James. G dan Sherman Natalie. 1983. Microbiology a laboratory Manual. Rocland
Community Collage. State University New york.
Dwidjoseputro.
2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Elfita, Muharni, Munawar, Salni, dan Ade
Oktasari. 2010. Senyawa Antimalaria dari Jamur Endofitik Tumbuhan Sambiloto
(Andographis paniculata Nees). Jurnal Natur Indonesia. No.13(2) : 123-129.
Feliatra.
1999. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: Adi Jaya Cipta.
Nur Indriyani, Asnani. 2007. Penuntun
Praktikum Mikrobiologi Akuatik, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unhalu : Kendari.
Sutedjo, Mul
Mulyani. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Winarto, A dan
Isnain, N. 2008. Pengaruh Tingkatan Pengenceran Terhadap Kualitas Spermatozoa
Kambing Setelah Penyimpanan Pada Suhu Kamar. Malang. FPIK. Universitas
Brawijaya.
LAMPIRAN
1.
Perhitungan
jumlah mikroba.
Sampel
10 gr gado-gado setelah pengenceran dan diinkubasi dengan data sbb:
10^-3
|
10^-4
|
10^-5
|
250
|
23
|
7
|
100
|
21
|
1
|
Pembahasan
:
Berdasarkan
syarat SPC mikroba yang dapat dihitung antara 30-300 sehingga mikroba yang
dapat dihitung terdapat pada pengenceran 10^-3.
Sehingga 25000+10000 35000
2 2
= 17500
= 17,5 x 10^3
= 1,7 x 10^4
= 1,8 x 10^4 cfu/gr
Jadi, per gram gado-gado mengandung 1,8 x 10^4 cfu/gr
bakteri atau 18000 / gr bakteri.
2.
Gambar
saat melakukan praktikum.
Gambar (a) Gambar (b)
Saat menuangkan 9 ml akuades Gelas Ukur
Dalam
tabung reaksi.
Gambar (c) Gambar
(d)
Akuades
sampel
gado-gado yang dihaluskan.
Gambar (e) Gambar
(f)
Tabung reaksi yang ditutup kapas Botol semprot berisi alkohol 70 %
dan aluminium foil.
Gambar (g) gambar (h)
Saat membungkus cawan petri. Cawan petri yang sudah dibungkus.
Gambar (i)
gambar (j)
Neraca
analitik
Saat menimbang sampel
Gambar (k) Gambar
(L)
Alkohol dan akuades buangan
alat yang digunakan pengenceran.
Gambar (m)
Gambar (n)
Saat memasukkan sampel dalam saat menghomogenkan larutan
Erlenmeyer Pengenceran 10^-1
Gambar (o) Gambar (p)
Tabung reaksi pengenceran erlenmeyer bersi sampel
10^-2, 10^-3, 10^-4, dan 10^-5 yang sudah homogen
Gambar (q) Gambar (r)
Media cair NA Cawan
petri siap diinkubasi
Gambar (s)
Cawan petri yang diinkubasi
Komentar
Posting Komentar